Sabtu, 30 Juni 2012

Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang

Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang

Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang
Sumberdaya Alam yang melimpah, menjadi modal pembangunan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Namun sumberdaya tersebut, seringkali menjadi dilema dalam konteks pembangunan, dimana eksploitasi sumberdaya akan memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik skala nasional maupun regional dan lokal. Namun seringkali menyisakan berbagai permasalahan baru yang tidak mudah terselesaikan.
Salah satu dampak yang paling nyata dari kegiatan eksploitasi sumberdaya alam terutama kegiatan-kegiatan pertambangan dengan pola open pit mining adalah lubang-lubang dan bongkahan-bongkahan batuan dan tanah yang tidak lagi indah di pandang mata. Permasalahan tersebut harus terselesaikan dengan baik, sehingga image negatif dari kegiatan pembangunan, tidak lagi melekat, akan tetapi malah menjadi ladang-ladang ekonomi baru.
Seminggu yang lalu, tepatnya tanggal 21 Juni 2012, Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB (Forum Wacana IPB) bekerjasama dengan Forum Rehabilitasi Hutan pada Lahan Bekas Tambang (RHLBT), Pusat Studi Reklamasi Tambang IPB, dan SEAMEO-BIOTROP, telah mengadakan Seminar Nasional bertemakan, Problematika dan Model Reklamasi Lahan Bekas Tambang berbasis Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, dan dilanjutkan dengan pelatihan selama 2 hari (22-23 Juni 2012), menyimpulkan bahwa lahan-lahan bekas tambang yang umumnya menjadi permasalahan selama ini, dapat menjadi sumber-sumber ekonomi baru bagi masyarakat, perusahaan dan negara. Pendekatan rehabilitasi lahan yang dilakukan, secara saintifict telah dibuktikan dengan berbagai penelitian dan Pilot Project dari Seameo Biotrop (Dr. Yadi Setiadi dan Dr. Ir. Irdika Mansur, M.Sc For.), yang telah melakukan kegiatan pemulihan lahan dan tanah pada beberapa lahan-lahan bekas tambang yang ada di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.
Kesimpulan, bahwa kegiatan pertambangan terutama tambang-tambang terbuka, yang selama ini meninggalkan image yang kurang baik, tidak lagi menjadi permasalahan, tetapi bahkan akan menjadi potensi-potensi ekonomi baru yang dapat dikerjasamakan dengan masyarakat lokal, dalam upaya peningkatan kesejahateraan dan penghidupan yang lebih layak.
Salam Environmental

Lingkungan dan Pertumbuhan Ekonomi

Lingkungan Dan Pertumbuhan Ekonomi

Istilah Lingkungan dan Pertumbuhan Ekonomi, bukanlah hal baru dalam pandangan pembangunan. Kedua istilah tersebut telah lama menjadi bahan diskusi, ditingkat dunia, terutama pada pertemuan kepala-kepala negara atau yang lazim dikenal dengan istilah KTT (Konfrensi Tingkat Tinggi).

KTT yang diadakan setiap 10 tahun sekali sejak tahun 1972, di Stockholm hingga yang kemarin Rio+20 di Brazil, senantiasa membahas permasalahan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi. Diskursus yang paling nyata adalah pada waktu KTT 1982 di Nairobi yang merupakan cikal bakal konsepsi Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Dalam laporan WECD (World Commision on Environment and Development) yang berjudul Oru Common Future disebutkan bahwa Pembangunan Berkelanjutan  adalah pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan hari ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Selanjutnya KTT tahun 1992 yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brazil menghasilkan blue print for action for global sustainable development into 21 "century atau lebih dikenal Agenda 21. Agenda 21 tersebut merupakan program kerja untuk melakukan kegiatan pembangunan yang berwawasan lingkungan pada abad ke 21. Agenda 21 memuat dan mencakup berbagai permasalahan aspek ekonomi pembangunan, termasuk didalamnya penerapan pembangunan lingkungan yang lestari.

KTT pada tahun 2002 yang bertemakan World Summit on Sustainable Development/WSSD), di Johanes Burg, Afrika Selatan yang bertujuan membangkitkan kembali semangat Agenda 21. KTT Rio+20 yang berlangsung 20-22 Juni di Rio de Janeiro, Brazil dengan mengusung tema Ekonomi Hijau, juga tetap membahas dan merumuskan bagaimana pola pembangunan berkelanjutan dengan tetap menyelaraskan aspek-aspek lingkungan dan ekonomi.

Kesimpulan, bahwa diskursus lingkungan dan ekonomi tidak akan pernah terparsialkan, akan tetapi keselaran menjadi sebuah keniscayaan dalam implementasi pembangunan, khususnya pembangunan di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Salam Environmental